Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika dia pergi, dia
juga membawa sepotong hatimu. -Tereliye.
Dahalu, sekitar 22 tahun yang lalu -saat itu sepertinya
saya sedang duduk di kelas XI SMA, ada seorang ustadz muda yang baru saja menyelesaikan
studinya di Universitas Al-Azhar Cairo bergabung di Ma’had kami sebagai guru
sekaligus pembina asrama. Usia beliau saat itu lebih kurang 22 tahun. Beliau hanya
perlu waktu sekejap untuk menjadi ustadz tertenar di seantoro boarding.
Selain dianugrahi
Allah a good looking face, beliau juga dianugrahi a very kind-heart plus sangat
supel sehingga it only takes few times dan beliau sudah menjadi sahabat kami
semua, siswa siswinya.
Siapa sih yang enggak senang dengan ustadz yang
ganteng, smart, shaleh dan penyayang itu. Tentang sifat penyayangnya langsung terbukti
ketika setiap pagi sepulang setoran hafalan di musalla, kami menemukan beliau
sedang menyapu kamarnya. Pastinya feeling kepo langsung on di antena para remaji
tanggung penghuni boarding,
“Ustadzah mana, Tadz? Kok ustadz yang nyapu?”
Sambil tersenyum beliau menjawab, “Wanita tidak
dilahirkan untuk menyapu.”
Aww it is the sweetest words we had ever heard. Maklum
masih bocah hihi dan terkurung di penjara suci yang majalah dan novel ala-ala
korea seperti sekarang totally forbidden!
Maa sya Allah. Komplit sekali semua sifat baik
berkumpul di satu personal yang dipanggil ustadz Habib tersebut. Dan syukurnya
beliau sudah menikah, jika tidak guaranteed banyak hati yang akan patah.
Hingga suatu hari kami bertamasya ke pantai bersama seluruh
anggota boarding. Duduk-duduk bercerita dan mengikuti beberapa lomba yang
dibuat OBDA. Ketika kami sedang asik bercengkrama tanpa gangguan social media
isi smart phone yang ternyata hampir berhasil membuat semua orang tak lagi
smart, kami mendengar suara berteriak.
Somebody sank at the sea. Gak tau siapa.
Seorang ustadz (Allah yarhamuhu) berkata, “Ah,
laki-laki. Tentu dia akan mudah baginya menyelamatkan diri.”
Tapi ternyata that somebody tak kunjung bias menyelamatkan
diri. Segala usaha penyelamatan sudah berusaha dilakukan tapi ternyata beliau
tak selamat. Beliau ustadz tercinta telah dijemput-Nya di usia yang masih sangat
muda. Dua puluh dua tahun.
Bisa kah kau bayangkan betapa hancurnya hati kami
melihat jasadnya dilarikan ke rumah sakit dan kami berdoa dengan harap cemas
hanya untuk mendengar kabar bahwa beliau telah tiada.
Perasaan semua anggota boarding pada saat itu remuk
redam, terutama ustadzah sang istri. Beliau telah kehilangan Cinta Terakhirnya,
Sang Habibul Akhir. Demikian juga dengan seorang ustadz yang berkata-kata di
pantai tadi. Beliau jatuh pingsan berkali-kali.
Dan kami, santri-santrinya, kami berkabung sangat
lama. Lama sekali. Dan setiap orang punya memori tersendiri dengannya. Seolah-olah
masing-masing kami adalah orang yang paling istimewa di hati ustadz. Beliau adalah
sahabat terbaik bagi kami semua.
Bertahun setelah itu, Allah menghadirkan de ja vu
dalam hidup saya, ketika saya harus menyaksikan kembali adegan yang sama dengan
mata kepala saya sendiri dengan banyaknya berita dan video yang beredar di social
media tentang kepergiannya, seorang sahabat terbaik bagi saya. Dan ternyata ia
juga sahabat terbaik semua orang.
Beberapa saat yang lalu saya merasa bagaikan tamu di
rumah sendiri setelah dua tahun non aktif and tiba-tiba kembali, saya merasa
sangat asing. Merasa sendiri ketika harus memasuki kelas-kelas yang tak satupun
dari mereka mengenal saya. Untungnya Allah mengirim Naim menjadi sahabat
saya saat itu. Awalnya dia hanya membagikan info tentang lomba-lomba pascal
yang akan diikuti oleh siswa-siswi SMP tempat Kak Nura sekolah.
Tapi ternyata
dia kemudian mengobrol tentang banyak hal. Dia juga membantu saya membagikan
info kepada kawan-kawannya di boarding. Membantu saya menemukan kawan-kawannya
yang tak hadir di kelas di saat saya piket. Membantu saya agar tidak merasa
asing di kelas. Dia juga meminta maaf untuk kesalahan kawan-kawannya. Naim juga
menjadi orang pertama yang siap membantu siswa lain mengupload tugas online ke
google drive saya. Dia juga pendengar curhat yang baik. Dan dia mengenal hampir
semua anak-anak kesayangan saya. Dia seorang remaja yang luar biasa.
Tapi entah kenapa tak pernah sekalipun saya
menghargainya dengan ucapan tulus, seperti ‘Terima kasih ya Neuk, udah bantuin
Miss. Atau “Makasih banyak yaa, kamu baik banget.” Rasanya tak ada kata-kata istimewa
yang pernah saya haturkan kepadanya.
Hingga hari itu, pagi Ahad itu, saat grup humas Guru
dihebohkan dengan menghilangnya seorang siswa.
Saya membuka pesan-pesan tersebut satu persatu dengan hati
yang sangat khawatir dan menemukan Namanya tertulis jelas disana, “Mohon doa
untuk Ananda Naim.”
Taukah kau bagaimana perasaanku saat itu. Rasanya aku
tak berhenti menangis selama seminggu. Dan menagis lagi saat menuliskan cerita
ini. Rasanya tak ingin percaya bahwa seorang sahabat sebaik Naim telah dijemput
terlalu cepat oleh-Nya.
Terkadang terpikir oleh saya, kenapa orang-orang baik
harus cepat sekali pulang ke hadirat-Nya?
Lalu saya sendiri mendapati jawabannya. Bahwa tempat
orang-orang baik itu memang di surga. Mereka tak layak hidup lebih lama dengan
kita. Karena hidup bersama para malaikat yang mulia lebih pantas bagi mereka.
Epilog :
Dan untuk kita yang masih juga bertanya, kenapa hidupku
di penuhi dengan orang-orang yang tak baik, yang kurang baik.
Karena memang merekalah yang pantas menjadi sahabat
saudara kita, bukan orang sebaik ustadz Habib, atau orang sebaik Naim. Oarng-orang
sebaik mereka lebih pantas berada di Surga dari pada bersama kita. (Noor.)
Sedih...tapi cerita yang indah. Ikut merasakan falling into love with him juga. Semoga Allah SWT luas dan lapangan kubur nya dan ampunan segala dosa nya.love u too my habib, my Naim NOOR
ReplyDeleteAamiin
Deletemasih seperti mimpi ya miss... 😭
ReplyDelete:' insya Allah tetap hidup dalam hati kita selamanya
DeleteMinggu, 14/6/2020 jam 10:20 telp ibu Ainun mengabarkan Faizun naim tenggelam loknga, sptnya tdk percaya, krn sehari sebelumnya dia jumpai sy mintak maaf, memberikan rapor,dan mintak berfhoto masyaallaaaaa...h anak yg taat beribadah, pinter,dll.sampai skrg mash terbayang dgn kepergiannya. Dia selalu memanggil sy dgn sebutan "Mami".
ReplyDeleteIya bu.. semoga mendapat tempat terbaik bagi ananda alm
DeleteNangis bacanya..ya Allah..semoga kelak bisa bersua kembali di jannahNya
ReplyDeleteAaamiin
Delete🥺🥺😢
ReplyDeletesemua sayang naim, nobody can replace him, naim the one n only orang baik yg aku kenal.
ReplyDelete